Rabu, 14 September 2011

SKRIPSI BAB II

  1. Minat Belajar
  1. Pengertian Minat Belajar
Sebenarnya dalam penegasan istilah telah dijelaskan pengertian minat belajar, namun perlu penulis tegaskan lagi. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi mengenai minat, diantaranya :
a. Menurut Mahfudh Salahudin, minat adalah “Perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan”.1
b. Menurut Crow dan Crow, minat adalah “Sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, sesuatu atau kepada aktifitas tertentu.
c. Menurut Bimo Walgito menyatakan bahwa minat yaitu “Suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membutuhkan lebih lanjut”.2
Dan beberapa pengertian tersebut di atas, disini penulis dapat menyimpulkan bahwa minat adalah merupakan perasaan senang dan tertarik pada suatu obyek, dan kesenangan itu lalu cenderung untuk memperhatikan dan akhirnya aktif berkecimpung dalam obyek tersebut. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikannya secara konsisten dengan rasa senang.
Setelah menjelaskan pengertian minat, berikut ini dikemukakan pengertian belajar, dengan maksud untuk mempermudah dalam memahami pengertian minat belajar.
Di bawah ini di temukan beberapa definisi mengenai pengertian belajar, diantaranya :
a. Menurut Morgan, sebagaimana dikutip oleh Wgalim Purwanto, dalam buku Introduction to psychology, mengemukakan :
Belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman”.3
b. Menurut Witherington, sebagaimana dikutip oleh Chariyah Hasan dalam Educational Psychology mengemukakan :
"Belajar adalah Suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.4
c. Menurut Cronbach, sebagaimana dikutip oleh Sumardi Surya Brata, yaitu:
Learning is shown by a change in behavior as are surf or experience5
Artinya: yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si Pelajar menggunakan panca inderanya.
Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disebut sebagai hasil dari suatu proses belajar dari interaksi dengan lingkungan yang tertentu, ketrampilan, sikap dan konsep.
Definisi yang lain sebagaimana dikemukakan oleh W.S Winkel, bahwa "Belajar adalah suatu proses mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai sikap yang bersifat konstan / menetap.6
Adapun menurut Sardiman, A.m, belajar secara makro adalah : “Kegiatan Psikofisik ke perkembangan pribadi seutuhnya, sedang belajar secara mikro yaitu usaha penyampaian materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya, relevan. Dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan.7
Sementara itu Abu Ahmadi menjelaskan, belajar adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang harus secara keseluruhan sebagai hasil pengetahuan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.8

Secara singkat yang dimaksud dengan minat belajar adalah kecenderungan dan perhatian dalam belajar. Dalam pengertian lain minat belajar adalah : Kecenderungan perhatian dan kesenangan dalam beraktivitas, yang meliputi jiwa dan raga untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya, yang menyangkut cipta, rasa, karsa, kognitif, afektif dan psikomotor lahir batin.9
Dengan memperhatikan pengertian minat belajar tersebut, maka semakin kuatlah tentang anggapan bahwa minat belajar adalah suatu hal yang abstrak (Tidak bisa dilihat secara langsung dengan mata kepala), namun dengan memperhatikan dari aktivitas serta hal-hal lain yang dilakukan oleh seseorang minat belajar tersebut bisa diketahui dengan cara menyimpulkan dan menafsirkannya.

  1. Hubungan Minat Belajar dengan Proses Belajar Mengajar
Minat dapat diartikan “Suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keingin-inginan atau kebutuhan sendiri.10 Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minat, sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri.
Sebagaimana pernyataan Syaiful Bahri bahwa “Minat besar pengaruh terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami.
Ada beberapa cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat siswa, sebagai berikut :
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman masa yang lampau
c. Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang baik
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.11
Untuk itu guru harus bisa memanfaatkan minat belajar siswa dengan menyediakan kondisi yang mendukungnya. Minat siswa untuk belajar merupakan kekuatan yang bersumber dari diri siswa. Minat ini memang berhubungan dengan kebutuhan siswa untuk mengetahui sesuatu dari objek yang dipelajarinya. Disinilah guru memegang peranan penting sebagai penentu dan pencipta kondisi pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode mengajar yang sesuai dan interaktif.12
Memang tidak semua anak didik memulai belajar dengan faktor perhatian yang disiapkan, banyak peserta didik mengembangkan minat belajarnya pada suatu mata pelajaran sebagai hasil pengaruh dari para guru, teman-teman sekelas, anggota keluarga. Namun bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang rata-rata tinggi, biasanya mereka dapat mengembangkan minat kuatnya pada suatu mata pelajaran dan berusaha meningkatkan dirinya terhadap pelajaran agar mencapai hasil yang memuaskan.

  1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terdiri dari dua bagian, yaitu :
a. Faktor Internal
1) Fungsi Kebutuhan-kebutuhan
Minat dari seorang anak adalah petunjuk langsung dari kebutuhan anak tersebut. Seorang anak yang membutuhkan penghargaan status, misalnya ia akan mengembangkan minatnya pada semua aktivitas dimanapun ia sebagai upaya untuk memuaskan kebutuhan itu.13
2) Keinginan dan cita-cita
Pada umumnya keinginan dan cita-cita anak itu didasarkan pada tiga kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan akan perasaan aman
b. Kebutuhan akan memperoleh “Status”
c. Kebutuhan akan memperoleh penghargaan


3) Bakat
Seorang anak yang memiliki bakat pada suatu ketrampilan akan cenderung menekuninya dengan perhatian yang besar, sehingga akan terus berminta untuk aktif berkecimpung didalamnya.14

b. Faktor Eksternal
1) Kebudayaan
Seringkali keinginan atau hal-hal yang tidak diinginkan oleh anak-anak adalah hasil dari tekanan kebudayaan. Dan sifat egosentrik menunjukkan bahwa minat adalah usaha-usaha anak untuk melakukan sesuatu yang membawa sukses.
2) Faktor Pengalaman
Pengalaman yang telah dirasakan seorang anak akan membentuk minat anak. Seorang anak memiliki minat membaca dan ia memiliki kesempatan itu, maka ia akan terus berminat ke arah itu, sebaliknya seorang yang tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan minat itu, maka potensinya akan terbuang.15
3) Faktor Keluarga
Sebagaimana Jalahudin menyatakan bahwa : keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama, dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua (Bapak & Ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat, Bapak dan Ibu diberikan anugerah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua.16
Kebiasaan dan kesenangan anak tentunya tidak akan lepas dari kebiasaan orang tua atau keluarga. Bahkan heredity dari orang tua selalu dibawanya sehingga anak selalu berusaha untuk meniru, mengidentifikasi dari kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua dan keluarganya. Apabila keluarganya termasuk orang yang aktif, serta rajin membaca, tentu anak akan demikian, begitu juga sebaliknya.
Dalam hal ini Gilbert Highest (1961) berpendapat sebagaimana dikutip Jalahudin bahwa “Kebiasaan yang dimiliki anak sebagaian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga, sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan kembali tidur, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga.17
4) Faktor Sekolah
Di sekolah itulah siswa diberi beberapa ilmu pengetahuan dan percontohan yang baik, akhirnya mengalami perubahan baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian perjodohan sekolah tersebut baik, tentunya perubahan dan perkembangan dari anak juga baik. Jelasnya guru dan teman-teman sekolah, tugas-tugas sekolah dan peralatannya, peraturannya, Kesemuanya menantang siswa untuk menyesuaikan diri, pergaulan anak dengan lingkungannya (sekolah) dapat dibentuk karakter anak. 18Melihat pernyataan itu jelaslah minat belajar siswa sangat dipengaruhi di masa mereka sekolah, kalaupun sekolahnya tergolong maju, mestinya bisa mendorong siswa untuk belajar giat, begitu juga sebaliknya.
Lebih jelasnya untuk mengetahui bahwa lingkungan sekolah itu mempengaruhi minat belajar siswa, maka kini akan diperinci unsur-unsur sekolah yang kiranya banyak pengaruhnya :
a. Pendidik
Dalam kegiatan belajar, pendidik atau guru merupakan dinamisator dalam kegiatan tersebut, bahwa guru merupakan sumber ilmu dan man’idhah serta sebagai teladan, sesuai dengan istilah guru itu “Digugu lan ditiru”, apa ucapannya atau nasehatnya akan diindahkan dan dianut, serta tingkah lakunya akan banyak mempengaruhi terhadap kepribadian siswa dan minat belajar siswa.
b. Alat Pengajaran
Alat pengajaran istilah segala sesuatu yang dipergunakan agar pengajaran berlangsung.19
Untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap pendidikan agama, maka seorang guru harus memilih alat pengajaran serta menyesuaikan alat tersebut dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Alat-alat ini ada yang dapat dipergunakan untuk semua mata pelajaran, tetapi kadang-kadang hanya untuk satu jam pelajaran saja, yang disebut alat peraga.
c. Metode Mengajar
Adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu peristiwa pengajaran berlangsung.
Untuk mencapai tujuan, maka dalam kegiatan apa saja tentu tidak terlepas dari metode, begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, sangat diperlukan sekali bahkan guru harus bisa memilih nama yang cocok dengan apa yang disampaikan, kalau metode yang digunakan efektif dengannya, tentu dalam mencapai tujuan akan bisa dengan efisiensi.20
Muhammad Ali mengatakan “Dalam praktek pengajaran merupakan proses yang sangat kompleks agar dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangakan strategi belajar mengajar yang efektif.21
Dengan metode pengajaran yang efektif bisa membangkitkan minat belajar siswa, sehingga kalau ia benar-benar memperhatikan minat belajar siswa, maka siswa benar-benar memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Biasanya seorang guru yang satu dengan lainnya tidak sama dalam gaya pengajaran, ada yang cenderung untuk menggunakan satu metode, ada yang senang berganti-ganti, hal ini banyak pengaruhnya terhadap minat belajar siswa.22
d. Bahan Pengajaran
Bahan pengajaran adalah cara mengatur urut-urutan bahan pelajaran yang disampaikan kepada murid-murid dan cara mengatasi kesulitan-kesulitan dan sesuatu mata pelajaran.
5) Faktor Masyarakat
Pendidikan adalah suatu lembaga masyarakat yang digunakan untuk mewariskan nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Hal ini dikatakan : Pendidikan harus dipandang sebagai infuisi penyiapan anak didik untuk mengenali hidup dan kehidupan itu sendiri, jadi lakukan untuk belajar potongan-potongan ilmu atau ketrampilan, karena yang terpenting dalam pendidikan bukanlah aspek intelektual tetapi mengembangkan wawasan minat dan pemahaman terhadap lingkungan sosial budaya.23
Dengan demikian tradisi yang ada pada masyarakat akan mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa anak, tradisi yang baik tentunya akan membawa pengaruh positif dan tradisi yang jelek akan membawa pengaruh negative.
Hal ini sesuai dengan pendapat Zuhairini dan Sanepiah Faerot :
Milien atau masyarakat mempunyai rencana yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan jiwa anak itu juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan pengaruh tersebut terutama datang dari teman sebayanya dan masyarakat sekitarnya”.24
Dan pendidikan tidak bisa dipandang sebagai kewajiban untuk usia tertentu saja, tetapi suatu kewajiban sepanjang hidup, dan karena itu perlu sekali adanya saling mengisi antara rumah, sekolah, dan masyarakat, pendidikan selaku alat kemajuan sosial di dalam berbagai segi kehidupan masyarakat.25
Melihat dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa masyarakat itu juga ikut mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pendidikan agama, karena dengan keadaan masyarakatnya.
Prof. Mochtar Yahya mengatakan “Saling meniru diantara anak dengan temannya sangat cepat dan sangat kuat. Pengaruh kawan adalah sangat besar terhadap akal dan akhlaknya, sehingga dengan demikian kita dapat memastikan bahwa hari depan akan adalah tergantung kepada keadaan masyarakat di mana anak itu bergaul.26
Bertolak dari pernyataan itu bisa disimpulkan bahwa anak yang suka bergaul dengan anak yang suka pendidikan agama, pasti anak tersebut pastinya akan punya minat terhadap pendidikan agama, dan begitu pula sebaliknya, yakni anak yang suka bergaul dengan anak yang tidak suka pendidikan agama, maka akhirnya anak tersebut juga tidak punya minat terhadap pendidikan agama.
  1. Pengaruh Metode Sorogan terhadap Minat Belajar Siswa
Berbicara masalah minat pasti terkait dengan motivasi. Yang dimaksud motivasi adalah suatu komponen yang sangat penting dalam belajar yaitu berupa kekuatan yang mendorong untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Suatu teori menyatakan bahwa motivasi yang berhasil harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar. 27
Menurut Abraham Maslow, apabila kebutuhan-kebutuhan pada suatu tahap tertentu dapat dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi akan menjadi sangat kuat. Adapun susunan teori Hirarki Maslow adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Fisiologi
2. Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan mengetahui dan mengerti Kebutuhan estetik
6. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri28
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut akan mendorong timbulnya motivasi dalam diri seseorang. Jadi berdasarkan teori kebutuhan Maslow, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suatu motivasi. Bahkan dikatakan minat merupakan salah satu alat dari motivasi.29
Yang dimaksud alat disini adalah minat merupakan salah satu bagian akan faktor dari motivasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Anderson, C.R dan Foust, G.W bahwa :
Motivasi dalam belajar dapat dari karakteristik tingkah laku subyek belajar yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan ketekunan subyek belajar yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar merupakan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar.
Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik dan psikis terhadap kegiatan, tanpa mengenal perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya subyek belajar memiliki motivasi rendah, mereka menampakkan keengganan cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar.30







1 Mahfudh Salahudin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya : Bina Ilmu, 1990), h. 45

2 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), h. 91

3 Wgalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung : Remaja Rasya Karya, 1990), h. 84

4 Khalijah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya : Al-Ikhlas, 19-94), h. 86

5 Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Rajawali Pers, 1984), h. 231

6 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta : Grasindo, 1996), h. 53

7 Sardiman, Interaksi, h. 22

8 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 121

9 Wina Wijaya, Strategi Pembelajaran, (Prenada Media Group), h. 123.

10 Sardiman, Interaksi, h. 26.

11 Syaiful Bahri, Prestasi Belajar & Kompetensi Guru (Surabaya : PT Usaha Nasional, 1994), h. 48

12 Ibid, h. 48

13 Shalahudin Mahfudzh, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Bina Ilmu, 1990), h. 97.

14 Shalahudin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Bina Ilmu, 1990), h. 98.

15 Jalahudin, Psikologi Agama (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), h. 204.


16 Jalahudin, Psikologi Agama, h. 204

17 Ibid., h.208.

18 Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam.( Jakarta : Kalam Mulia, 2001), h. 67.

19 Abu Ahmadi, Metodik, h. 151.

20 Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group), h. 78.

21 Muhammad Ali, Guru, h. 26.

22 Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), h. 54.

23 Sanapiah Faesol, Sosial Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1990), h. 94

24 S. Zuhairini, Metodik Khususnya Pendidikan Agama (Surabaya : Usana Offset
Printing, 191), h. 55

25 Faesal, Sosiologi, h. 95

26 Ahmadi, Metode, h. 51

27 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), h. 73.

28 Robert E. Slavin, Educational Phychologi (Beston : Allyn and Bacon, 1994), h. 350

29 Bahri, Prestasi, h. 48.

30 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), h. 75